Sore itu langit
nampak mendung pertanda hujan akan turun, seketika wanita yang menggunakan
dress wana hijau dengan senyumnya yang ramah menyapa saya untuk berbagi cerita
mengenai pengalamannya seputar vacation,
seolah-olah merubah langit mendung menjadi berwarna cerah kembali. Ialah Marischka
Prudence, yang lebih
akrab dipanggil Prue, wanita kelahiran 27 Juli 1984
mengawal kiprah karirnya sebagai news
reporter di salah satu stasiun televisi swasta, dan kini beliau aktif menjadi
travel blogger. Kini Prue memilih untuk menjadi travel blogger dan
melepaskan jobnya sebagai news reporter karena ingin
lebih fokus dalam mendedikasikan dirinya dalam bidang pariwisata. Berbekal
pengalamannya dahulu ketika menjadi news
reporter menuntut Prue
untuk berkeliling Indonesia dan luar indonesia. Lama kelamaan Prue ketagihan untuk travelling dan ingin mendokumentasikan
perjalanannya melalui tulisan, sehingga dia banting stir menjadi seorang travel blogger.
“Berhenti menjadi reporter,
bukan berarti membuat Marischka Prudence hilang arah, berbekal pengalamannya mengejar berita dari suatu
tempat ke tempat lain, membuatnya tersadar bahwa passionnya memang dalam dunia
travelling, kini ia memilih untuk menjadi travel
blogger”
Dara yang dulunya
kuliah di fakultas seni rupa dan desain ITB ini mengaku sering vacation
dengan pasangan,
keluarga dan teman-temannya. Dengan keluarga ia lebih cenderung memilih vacation yang bertema city, kemudian bersama
teman-temannya, ia
lebih memilih vacation di tempat wisata yang menampung aktivitas yang dapat dinikmati bersama,
sedangkan bersama pasangan dan rekan-rekan kerjanya yang memiliki kesamaan preference memilih tema
alam ketimbang wisata buatan manusia, wisata budaya, dan sebagainya. Dengan
alam ia dapat belajar bersyukur dan mentalnya terbentuk, sebagai contoh kini ia
sedang menggilai aktivitas diving.
Berbagai spot diving telah ia lalui
seperti diving di Pulau Weh (Aceh), Wakatobi, Bunaken, Maluku,
Bali, dan Sumbawa. Melalui diving ia dapat merasakan sensasi yang
berbeda, dimana selama ini terbiasa hidup di darat, ketika mencapai kedalaman
laut ia dapat melihat coral-coral yang cantik dan spesies ikan yang unik-unik
nan menggemaskan apalagi ketika mencapai dasar laut dimana air menjadi berwarna
hitam, itu menciptakan sensasi tersendiri tuturnya bersemangat. Selain laut,
bentang alam yang menjadi pilihan favoritnya untuk vacation yakni gunung, karena dengan melakukan aktivitas trekking di gunung, ia melewati proses
demi proses hingga mencapai puncaknya, dan itu merupakan latihan mental.

Pengalamannya
dalam mendaki gunung meski belum terbilang banyak namun cukup membuatnya bangga
diantaranya Gunung Gede dan Gunung Rinjani yang dinilai memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi sanggup Prue jajali. Trekking ke gunung dipercayainya
selain sebagai latihan
mental juga ia merasa bersyukur terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Bila dilihat dari
kualitas tantangan yang ia hadapi ketika
menyelam di laut dengan mendaki di gunung, jelas tingkat kesulitannya lebih
banyak dihadapi di gunung. Sedangkan ketika menyelam, ia merasa lebih aman
karena setiap penyelam akan dilindungi oleh buddy.
Walau bagaimanapun keduanya memiliki resiko dan kompensasi tersendiri.
Prue mengaku dalam sebulan menyempatkan travelling minimal 2
kali, perasaan
jenuh akan menghampirinya jika setiap hari hanya dibatasi sekat-sekat gedung
tanpa vacation.
Sekilas
orang pasti berfikir hidup Prue sangat menyenangkan, padahal proses yang dilaluinya
memang cukup berat. Ia bercerita bahwa travelling memang membutuhkan biaya
meskipun itu hanya sebagai backpacker namun
jika kita jeli melihat peluang sebenarnya kita dapat travelling. Terbukti
Marischka mengambil beberapa job sekaligus seperti menjadi travel konsultan,
penulis freelance, dan kontributor suatu majalah. Dari
situlah ia mendapatkan biaya dan kesempatan untuk travelling.
“Pekerjaannya yang berhubungan dengan travelling membuat ia banyak
bersyukur karena melalui pekerjaannya ia bisa mengunjungi tempat-tempat terbaik
di Indonesia. Dulu dalam benaknya Indonesia hanyalah sebuah negara yang carut
marut politiknya, namun dibalik itu semua Indonesia memiliki sejuta pesona yang
membangkitkan rasa nasionalismenya”
Barang yang wajib
ia bawa ketika vacation yakni kamera.
Kenapa Prue
selalu membawa kamera karena selain hobinya mengambil gambar, ia memiliki mimpi
besar untuk sharing foto mengenai travelling melalui blognya. Ia sangat
menyukai motret landscape dengan
kamera mirrorless. Menurutnya kamera mirrorless cocok untuk wanita, karena
tidak perlu banyak teknik, walaupun sebenarnya ia ingin sekali membiasakan diri
memotret dengan kamera DSLR.

Untuk mendapatkan hasil
foto landscape selama berwisata Prue memberikan tips yakni harus
sabar, luangkan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat terbaik dan jangan pernah
berhenti mencoba mengambil gambar terbaik. Prue menyukai memotret ketika sore
tiba karena langit nampak indah dengan perpaduaan warnanya menuju sunset
bagaikan magic light akibat pembiasan
cahaya pada objek yang akan diambil. Walaupun landscape menjadi objek favoritenya, ia pun sangat suka memotret
dengan penduduk lokal yang memiliki tipikal muka yang sangat khas ketika vacation ke suatu tempat. Senyum yang
ramah, dan mulailah untuk sekedar mengobrol menjadi trik andalannya agar ia
bisa memotret dengan penduduk lokal. Ia
pun menambahkan tips jangan
sampai lupa ada beberapa daerah yang memerlukan perizinan ketika memotret karena ia pernah
memiliki pengalaman yang kurang nyaman ketika akan memotret sesuatu ia sempat
kena hukuman harus membayar denda sejumlah uang gara-gara ada larangan
memotret.

Wanita penyuka
warna biru dan hijau ini sangat kagum dengan karya Chris Burkard karena beberapa
karya fotonya mengenai surfing membuat hati Prue berdecak kagum. Perkembangan
fotografi di Indonesia dilihat dari sudut pandang Prue sangat positif, dan kini
orang tak perlu repot mencetak foto karena kemudahan yang difasilitasi
kecanggihan teknologi. Prue memberikan aspirasi bagi dunia fotografi agar
lebih spesifik dan fokus dengan tema yang dipilih.

Sebelum menutup
cerita, Prue
membagikan pengalamannya dulu ketika ia travelling ke Morotai, Prue sempat tersesat di suatu
hutan ketika akan mencari sebuah air terjun beruntung temannya ada yang
menggunakan GPS
(Global
Positioning
System) sehingga ia dapat menemukan kembali jalur
untuk pulang, namun parahnya selepas pulang ia malah terkena penyakit cacar.
Pengalaman lainnya yakni pernah pada saat setelah menyelam di Maluku, kapal
yang ia tumpangi terdampar di tempat yang ia tidak kenali.
Pengalaman-pengalaman yang kurang nyaman baginya tersebut tak membuatnya kapok
untuk travelling lagi justru menjadi hal yang membuatnya tersenyum dan seru
untuk dibahas ketika bersama
teman-temannya.
Photo courtesy by : Marischka Prudence
Text Reference : Berbagai sumber dan wawancara langsung