12.6.13

“Kerja (Hidup) Saat Krisis Passion”



Pernahkah kamu mengalami hidup saat krisis passion? Entah itu saat belajar, bekerja, making some relationship?. Apa yang saya alami saat ini lebih kepada krisis passion pada pekerjaan. Namun mungkin diantara kamu ada yang sedang merasakan krisis passion di luar bidang pekerjaan.

Terlebih dalam dunia pekerjaan banyak orang yang berpendapat bahwa bekerja harus mengikuti passion supaya ketika sedang didera beban pekerjaan yang bertubi-tubi kita dapat meminimalisir berbagai hal yang mengundang stress atau depresi.



Sampai saat ini saya masih bingung menerapkan passion dalam pekerjaan karena terkadang ketika kita menemukan passion justru berbagai hal-hal tak terduga dalam pekerjaan kerap menghampiri. Memang tidak bisa dipungkiri ketika kita sudah tahu passion kita dimana, ada saja hal-hal yang tak terduga menghampiri dan mengundahkan hati serta pikiran. Ujung-ujungnya memang balik lagi ke motivasi seseorang untuk bekerja. Apakah hanya sekedar sebagai formalitas di tengah tuntutan sebagai manusia “dewasa”? mengisi waktu luang setelah pendidikan formal tercapai? tuntutan perekonomian? aktualisasi diri? ataukah memang sebuah hobi?

Terlepas dari passion atau kewajiban bekerja sendiri, nilai sebuah motivasi memang sangatlah penting. Saya sendiri merasakan itu. Dahulu sempat bekerja di jalur yang memang satu bidang dengan pendidikan formal ketika saya kuliah dahulu. Kemudian saya beralih pada bidang pekerjaan yang tidak satu jalur dengan pendidikan saya. Dan pada akhirnya kini saya kembali pada dunia pekerjaan yang satu jalur dengan passion saya. Merasakan berbagai pengalaman bekerja membuat saya mengerti dimana dan seperti apa pekerjaan yang saya impikan.

Pekerjaan idealnya menjadi suatu prestise tersendiri bagi siapapun yang menjalaninya. Ibarat sebuah pohon, pekerjaan pun harus selalu disiram dengan “motivasi” dan diberi pupuk “keikhlasan untuk belajar dan mencoba hal-hal yang baru”. Bagi sebagian orang motivasi memang perlu diupayakan sekeras mungkin namun bagi yang terbiasa “workaholic”, motivasi hanyalah sebuah “embel-embel” pelengkap kehidupan.

Dewasa ini berbagai macam kata-kata mutiara atau motivasi kerap dipublikasikan dalam bingkai softcopy gambar yang dapat dengan mudah dijadikan cerminan bagi siapapun untuk melakukan interospeksi ketika jenuh bekerja. Melalui akun sosial media, gambar-gambar motivasi tersebut dapat diakses dengan mudah. Mungkin bagi beberapa orang membaca kata-kata motivasi menjadi senjata ampuh agar selalu semangat bekerja. Ada juga yang menaruh foto keluarga di tempat kerja agar ketika jenuh menjangkit, pikiran dapat teralihkan mengingat keluarga sedang menunggu hasil jerih payah kita ketika bekerja.

Hang out bareng teman-teman terdekat kala krisis passion
Berbeda dengan saya sebagai pekerja, ketika mulai merasakan “Hidup Saat Krisis Passion” justru saya lebih memilih pergi ke salon untuk sekedar refreshing, berwisata kuliner, jalan-jalan ke mall atau sekedar kongkow bersama teman. Dengan melakukan kegiatan simple tersebut biasanya saya lebih bersemangat lagi ketika bekerja dan terusir dari kondisi “Hidup Saat Krisis Passion”. Bagaimana dengan Anda yang sedang mengalami "Hidup saat krisis passion"? terlebih dalam dunia pekerjaan yang kerap menjangkit para pekerja.

Photo courtesy : Dok. Pribadi dan mobavatar.com

11.6.13

Tidurlah yang Berkualitas

Artikel ini saya tulis ketika saya memang sedang benar-benar dihinggapi rasa kantuk yang sungguh luar biasa. Entah karena saya kurang tidur, kebiasaan tidur larut malam, tidak terbiasa tidur kurang dari 7 jam, atau kah memang pola hidup yang tidak baik.



Beberapa pakar kesehatan menyarankan manusia untuk membiasakan tidur cukup yakni 8 jam sehari namun jika dikaitkan dengan beberapa pendapat menyarankan sebaliknya, tidur tidak perlu hingga 8 jam sehari.

Menurut salah satu sumber menyebutkan bahwa tidur kurang dari delapan jam juga sangat berisiko kematian lebih cepat tercatat sebesar 8 persen pada orang-orang yang tidur hanya enam jam sehari. Sedangkan 11 persen tercatat berisiko kematian pada orang-orang yang tidur kurang dari 6 jam. Kemudian tercatat prosentase sebesar 17 persen beresiko kematian bagi orang-orang yang tidur hanya empat jam sehari.

Entah mana yang benar dan salah dengan kedua pendapat tersebut, yang jelas saya ngerasa ngantuk banget hari ini. Dalam hidup saya tidur itu adalah hal yang paling “krusial” ibaratnya makan ayam tanpa sambal, rasanya kurang lengkap kan?

Tubuh akan refleks menjadi mudah emosi, pusing, malas, dan kelelahan yang berlebihan jika tidur kurang dari 6 jam sehari. Untuk itu cappuccino lah yang menjadi kunci andalan saya untuk menghadang sirine “kantuk” di mata saya.

Bila dilihat dari segi kesehatan pun, ternyata tidur yang cukup sangat berpengaruh terhadap kecantikan. Kulit yang kencang, kenyal dan sehat perlu ditunjang oleh oleh tidur yang berkualitas. Yang dimaksud tidur yang berkualitas adalah tidur cukup dimana saat kita bangun tubuh akan terasa segar.

Jadi..sebaiknya tidur memang jangan kurang dan jangan berlebihan. Tidurlah yang cukup agar saat bangun tidur kita dapat merasa segar dan siap beraktivitas kembali.



Photo Courtesy:http://www.shnews.co/detile-3134-tidur-cukup-mencegah-stroke.html